MAWAR
Aku terlahir di keluarga yang berkecukupan. Ayah dan ibu ku mengenyam
pendidikan yang cukup tinggi. Mereka sama-sama sarjana. Waktu aku belum
lahir tepatnya tahun 1995, ayahku menjadi Kepala Sekolah di salah satu
sekolah swasta di daerah Jakarta Timur. Kehidupan ayah dan bunda ku
semakin berwarna, karena lahirnya seorang putri yang sudah lama sekali
mereka dambakan. MAWAR, sebuah nama sederhana yang memiliki seribu
makna. Itulah nama yang diberikan orangtua ku kepada ku.
Di usia ku yang ke 2 tahun ujian menghampiri keluarga ku. Ayah ku
divonis terkena penyakit yang cukup parah. Menurut bahasa kedokteran,
ayah ku mengidap penyakit Herniated Nucleus Pulposus (syaraf kejepit).
Ayahku harus dirawat di Rumah Sakit dan masuk ruang ICU. Karena biaya
Rumah Sakit yang amat mahal, bunda ku harus banting tulang mencari uang
untuk biaya pengobatan ayah. Uang tabungan yang selama ini mereka
sisihkan habis seketika untuk membiayai pengobatan ayah ku. Hanya rumah
sederhana saja yang tersisa.
Aku dititipkan di rumah kakek ku. Adik-adik bunda ku lah yang merawat
dan mengasuh ku, karena bunda harus terus berada di Rumah Sakit untuk
mengurus dan menjaga ayah ku. 3 hari sekali bunda pulang ke rumah kakek
untuk sekedar melepaskan kerinduannya pada ku. Bunda tidak bisa menemani
ku setiap hari, karena jarak yang cukup jauh antara rumah kakek ku di
Bogor dengan Rumah Sakit tempat ayah ku dirawat.
Dokter memperkirakan umur ayah ku hanya tinggal 3 – 4 bulan lagi.
Tapi bunda ku tidak putus asa. Bunda terus berjuang dan selalu berdo’a
untuk kesembuhan ayah ku. Berkat do’a, kesabaran, ketekunan, perjuangan,
serta keikhlasan bunda ku, akhirnya ayah bangun dari koma. Ayah ku bisa
sembuh normal dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala. Aku
percaya dibalik kesulitan, pasti akan ada kemudahan. Dan dibalik
kesedihan, pasti akan datang kebahagiaan.
Secara berangsur-angsur kehidupan keluarga kami mulai membaik. Pada
saat aku berusia 8 tahun, ayah ku mendapatkan beasiswa di Universitas
Negeri Malang. Ayah memboyong aku dan bunda untuk tinggal di Malang.
Ayah membeli sebuah rumah sederhana di dekat kampus nya. Walaupun rumah
yang kami tempati sederhana, asalkan kami bersama-sama aku sangat
bahagia. Di Malang aku mempunyai banyak sahabat. Ada Adin, Febri, Rizky,
Kak Nisa dan Putry.
Waktu sangat cepat berlalu. Tidak kerasa tugas belajar ayah ku di
kota Malang sudah berakhir. 2 tahun sudah aku bersahabat dengan mereka.
Aku sangat senang karena mempunyai sahabat sebaik mereka. Tapi semua
kebahagiaan itu harus aku tinggalkan. Aku harus kembali ke Jakarta. Ku
tinggalkan kota Malang dengan rasa berat hati.
4 tahun berlalu. Pada saat usia ku 12 tahun. Dokter memvonis aku
mengidap penyakit yang cukup parah. Aku sempat sedih, karena menurut
dokter penyakit ku ini merupakan salah satu penyakit yang sangat
membahayakan. Tapi bunda ku terus berusaha untuk menguatkan ku. Bunda
merupakan penyemangat dan sumber kekuatan bagi ku. Bunda merawat,
mengasuh, dan membimbing aku dengan kasih sayangnya yang begitu tulus
dan amat besar.
14 tahun usia ku kini. Aku akan terus berjuang, berusaha, dan bekerja
keras agar aku bisa memberikan yang terbaik untuk ayah dan bunda. Aku
juga tidak akan pernah letih berdo’a agar ALLAH memberikan umur yang
panjang pada orangtua ku, agar aku bisa memberangkatkan mereka ke tanah
suci untuk menjalankan ibadah haji dengan uang hasil keringat ku
sendiri.
Aku belajar dari hidup. Di dunia ini ada kesulitan, akan tetapi ada
pula kemudahan. Ada penderitaan, ada pula kebahagiaan. Mungkin dokter
bisa memperkirakan umur seseorang. Akan tetapi hanya ALLAH yang dapat
menentukan jodoh, umur dan rizky seseorang.
Pesan yang selalu aku ingat dari bunda. “Hidup di dunia taat dan
bersungguh-sungguh mendapat SURGA. Sedangkan hidup di dunia berleha-leha
dan berbuat maksiat masuk NERAKA”.
Ku tekatkan diri ku untuk taat dan bersungguh-sungguh agar aku bisa
bahagia di dunia maupun di akhirat nanti. Dan aku akan berjuang keras
untuk menggapai cita-cita dan apa yang aku inginkan AGAR AKU BISA
MEMBAHAGIAKAN ORANG-ORANG YANG AKU SAYANGI.
0 komentar:
Posting Komentar