CINTA MELAHIRKAN PERSAHABATAN
Kumandang suara adzan membangunkanku dari mimpiku. Semangatku
mengalahkan rasa kantukku. Selesai shalat subuh, aku bersiap-siap untuk
pergi sekolah. Ya, aku memang sudah tak sabar untuk pergi sekolah,
karena hari ini merupakan hari pertamaku menginjakan kaki di SMP. Aku
sudah tak sabar untuk bertemu dengan teman baru…
Udara pagi yang sejuk mengiringi langkahku menuju sekolah.
Sesampainnya di sekolah, aku bertemu dengan teman lamaku dan berkenalan
dengan teman baruku. Tak terkecuali dengan seseorang bernama Glen.
Lelaki yang humoris, baik dan cukup ramah.
Teman sebangku ku adalah Felia. Dia adalah wanita yang pemalu, baik
dan manis. Saat kami sedang berbincang, tiba-tiba Felia berkata padaku..
“Mey, mungkin perasaanku aja atau dia beneran liatin kamu ya?”
“Dia? Siapa?” Tanyaku
“Si Glen” jawab Felia
“Masa sih? Sepertinya perasaan kamu aja deh.” kata ku
“Mungkin…” kata Felia
“Mey, mungkin perasaanku aja atau dia beneran liatin kamu ya?”
“Dia? Siapa?” Tanyaku
“Si Glen” jawab Felia
“Masa sih? Sepertinya perasaan kamu aja deh.” kata ku
“Mungkin…” kata Felia
Jujur saja, aku tak memperdulikan hal itu. Namun, tak hanya Felia
yang berkata seperti itu, teman-teman ku yang lain juga berkata seperti
itu. Sejak saat itu aku selalu memperhatikan Glen. Glen semakin baik
terhadapku. Dia seringkali membantuku. Dia selalu tersenyum kepadaku.
Langit cerah menemaniku ke sekolah, panas matahari tak menghalangi
langkahku. Hari itu, hari pertama aku masuk siang setelah sebelumnya aku
masuk pagi saat MOS. Setelah libur panjang karena lebaran, aku harus
masuk sekolah lagi. Sebelum masuk ke dalam kelas, aku sempat melihat
senyuman khas dari seseorang. Glen sedang berkumpul dengan
teman-temannya, dia tersenyum padaku. Ku lihat lesung pipitnya yang
sangat manis. Aku pun tertarik padanya, mungkin… Aku jatih cinta
padanya.
27 Agustus 2013. “Fel, gimana ya, caranya?” tanyaku
“Cara apa?” Tanya Felia
“Cara, agar Glen mengetahui perasaanku” Jawabku
“Hmmm… Kamu bilang aja ke dia. Siapa tau, dia suka sama kamu. Kalian bisa jadian kan?” Kata Felia
“Gak semudah itu! Aku kan perempuan.. Masa aku duluan yang bilang? Harusnya lelaki lebih dulu yang bilang. Lagi pula… Kami berbeda. Keyakinan kami berbeda. Dia beragama kristen, sedangkan aku islam.” Kata ku
“Ya, benar! Tapi aku pasti bantuin kamu! Tenang aja Mey” Kata Felia
“Caranya?” Tanya ku
“Lihat aja nanti!” Jawab Felia sambil meninggalkanku…
“Cara apa?” Tanya Felia
“Cara, agar Glen mengetahui perasaanku” Jawabku
“Hmmm… Kamu bilang aja ke dia. Siapa tau, dia suka sama kamu. Kalian bisa jadian kan?” Kata Felia
“Gak semudah itu! Aku kan perempuan.. Masa aku duluan yang bilang? Harusnya lelaki lebih dulu yang bilang. Lagi pula… Kami berbeda. Keyakinan kami berbeda. Dia beragama kristen, sedangkan aku islam.” Kata ku
“Ya, benar! Tapi aku pasti bantuin kamu! Tenang aja Mey” Kata Felia
“Caranya?” Tanya ku
“Lihat aja nanti!” Jawab Felia sambil meninggalkanku…
28 Agustus 2013. Ku lihat Felia sedang bersama dengan Glen. Mereka
terlihat sedang membicarakan suatu hal. Aku melihat ekspresi Glen yang
terlihat bingung. Aku pun menghampiri keduanya. Saat aku berada di dekat
mereka, Felia langsung tersenyum. Glen kaget melihatku, dia terlihat
malu dan memalingkan wajahnya. Dia langsung tersenyum kepadaku dan
meninggalkan aku yang sedang bersama Felia. Aku bingung dengan sikapnya.
Tak biasanya dia begitu.. Biasanya, aku yang bersikap begitu
terhadapnya. Baru kali ini aku melihatnya dia tersipu malu saat
melihatku, aku sangat menyukai ekspresinya saat itu.
Sepulang sekolah, dia menghampiriku. Saat itu dia langsung menyatakan
perasaannya terhadapku. Aku sangat bingung, antara percaya atau tidak
percaya. Saat itu aku hanya diam. Hening! Tak ada yang berbicara..
Setelah beberapa menit suasana menjadi hening, aku mulai berbicara
padanya. “Glen… Makasih ya, udah menyatakan perasaan kamu. Tapi, aku
masih bingung. Aku belum bisa jawab.” Kata ku
“Ya… Enggak apa-apa kok. Kamu bisa jawab kapan aja, Mey. Aku gak akan maksa kamu untuk jawab sekarang.” Kata Glen sambil tersenyum
Aku pergi meninggalkannya. Aku sempat berbalik badan tuk melihatnya, dia masih berdiri di tempat semula sambil tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumannya dan kembali berjalan untuk pulang.
“Ya… Enggak apa-apa kok. Kamu bisa jawab kapan aja, Mey. Aku gak akan maksa kamu untuk jawab sekarang.” Kata Glen sambil tersenyum
Aku pergi meninggalkannya. Aku sempat berbalik badan tuk melihatnya, dia masih berdiri di tempat semula sambil tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumannya dan kembali berjalan untuk pulang.
29 Agustus 2013. Aku sudah berencana untuk menjawab pertanyaan Glen.
Aku tak ingin menggantungnya begitu saja. Sepulang sekolah aku
menghampirinya.
“Glen! Tunggu!” Kata ku sambil mengejarnya.
Glen berhenti dan tersenyum. “Ada apa?” Tanya Glen
“Hmmm… Soal yang kemarin, aku mau jawab pertanyaan kamu” Kata ku
“Soal apa?” Tanya Glen dengan nada mengejek dan wajah yang pura-pura bingung.
Aku tak menghiraukannya dan melanjutkan kata-kataku. “Tadinya, aku enggak niat untuk jawab sekarang. Tapi aku juga enggak mau ngegantung kamu. Jadi, aku…” Kata-kata ku terputus. Mulutku terkunci. Aku sendiri bingung dengan sikapku.
“Kamu kenapa, Mey?” Tanya Glen
Aku menatap matanya. Seakan terhipnotis, aku langsung tersenyum dan berkata “Aku udah punya jawaban Glen. Sebetulnya, aku juga suka sama kamu. Aku mau jadi pacar kamu…”
“Glen! Tunggu!” Kata ku sambil mengejarnya.
Glen berhenti dan tersenyum. “Ada apa?” Tanya Glen
“Hmmm… Soal yang kemarin, aku mau jawab pertanyaan kamu” Kata ku
“Soal apa?” Tanya Glen dengan nada mengejek dan wajah yang pura-pura bingung.
Aku tak menghiraukannya dan melanjutkan kata-kataku. “Tadinya, aku enggak niat untuk jawab sekarang. Tapi aku juga enggak mau ngegantung kamu. Jadi, aku…” Kata-kata ku terputus. Mulutku terkunci. Aku sendiri bingung dengan sikapku.
“Kamu kenapa, Mey?” Tanya Glen
Aku menatap matanya. Seakan terhipnotis, aku langsung tersenyum dan berkata “Aku udah punya jawaban Glen. Sebetulnya, aku juga suka sama kamu. Aku mau jadi pacar kamu…”
—
Sudah 3 bulan aku berpacaran dengan Glen… Banyak cerita tentang dia
yang tak bisa aku lupakan. Aku semakin mencintainya, begitu pun dengan
dia. 2 Desember 2013, aku melihatnya di lapangan. Saat itu sedang ada di
pelajaran olahraga. Seusai pelajaran olahraga, semua murid pergi ke
kantin. Kelas sepi, hanya ada aku, Glen dan Felia. Seperti biasa, Glen
langsung tersenyum saat melihatku. Namun kali ini aku tak membalas
senyumannya. Glen tampak bingung. Sedangkan Felia sudah pergi
meninggalkan kami.
“Kamu kenapa?” Tanya Glen
“Glen, maaf…” Kata ku
“Maaf?” Glen semakin bingung
“Ya. Menurutku, hubungan kita cukup sampai disini..” Ucapan ku terputus
“Maksud kamu apa sih?! Aku enggak ngerti!” Kata Glen
“Kita berbeda keyakinan. Itu adalah faktanya! Aku sayang sama kamu, makannya aku lakuin ini! Aku enggak mau kamu mengecewakan keluargamu. Lagi pula, aku ingin fokus belajar” Aku menjelaskan semuanya, sebenarnya ini semua ku lakukan karena orangtuaku yang melarangku untuk berhubungan dengan Glen. ‘Bodohnya aku! Mengapa aku menerima Glen? Seharusnya, aku menolaknya dari awal!’ aku memaki diriku sendiri dalam hati. Glen sudah meninggalkanku.
“Kamu kenapa?” Tanya Glen
“Glen, maaf…” Kata ku
“Maaf?” Glen semakin bingung
“Ya. Menurutku, hubungan kita cukup sampai disini..” Ucapan ku terputus
“Maksud kamu apa sih?! Aku enggak ngerti!” Kata Glen
“Kita berbeda keyakinan. Itu adalah faktanya! Aku sayang sama kamu, makannya aku lakuin ini! Aku enggak mau kamu mengecewakan keluargamu. Lagi pula, aku ingin fokus belajar” Aku menjelaskan semuanya, sebenarnya ini semua ku lakukan karena orangtuaku yang melarangku untuk berhubungan dengan Glen. ‘Bodohnya aku! Mengapa aku menerima Glen? Seharusnya, aku menolaknya dari awal!’ aku memaki diriku sendiri dalam hati. Glen sudah meninggalkanku.
Setelah aku putus dengan Glen, banyak lelaki yang mendekatiku. Begitu
juga dengan Glen, banyak wanita yang mendekatinya. Namun kami berdua
masih saling mencintai. Kami tak pernah tertarik pada orang lain.
Walaupun sudah putus, kami masih berhubungan dengan baik sebagai
sepasang sahabat. Aku menikmati hari-hariku bersamanya. Walau kami hanya
sebatas sahabat, tapi kami saling mencintai. Aku harap selamanya kami
akan tetap begini…
“Glen… Kamu adalah cinta pertamaku. Mungkin kita tak di takdirkan
untuk bersama. Semoga kamu mendapatkan pasangan yang lebih baik dariku.
Aku selalu mencintaimu”
0 komentar:
Posting Komentar