Pages

Senin, 13 Oktober 2014

CERPEN "MEMORIES OF MOTHER"

 MEMORIES OF MOTHER
 
Seperti biasa. Di malam seperti ini. Seperti malam-malam yang telah lalu. Ada saja yang mengingatkan tentang mu. Tentang bagaimana kau mengajari ku di dunia yang fana ini. Tentang semua cara yang bisa membuat aku tenang dalam menghadapi sebuah perasaan yang sedang mengganjal.
Ya Allah, sudah berpuluh-puluh hari aku merindu kembali. Setelah kepergiannya, duniaku tanpanya berbeda. Tak seperti biasanya. Duniaku seperti sehelah kapas yang bertebrangan. Hampa.
Ya Allah, izinkan hambaMu ini untuk terus mengadu, mencurahkan segala kepenatan dunia yang kurasa tiada berguna tanpaMu. Begitu pun tanpanya. Jika boleh, aku titip setiap kenangan, rindu, cinta dan kasih sayang yang masih sangat dalam di lubuk hatiku. Tak ada cinta selain cinta kepadaMu, kepada beliau dan teruntuk keluarga yang begitu menyayangiku terlebih dari apapun.
Mah, rindu ini sangat menyayat hati, Mah. Kapan kita akan bertemu, Mah? Kapan? Rindu ini selalu saja sendiri. Akankah semua yang aku inginkan dapat terkabul oleh Allah?
Mah, aku kangen sama mamah. Kangen banget. Semua berbeda tanpa Mamah. Biasanya ada yang perhatian sama aku saat aku meringis merasakan sakitnya kepala ini. Biasanya ada mamah yang selalu masak, masakan yang begitu istimewa. Biasanya ada canda tawa saat kita jalan-jalan bersama. Mah, akankah semua itu dapat terulang?
Mamah pasti tahu kan? Iya mamah, anak mamah yang pertama sudah menikah. Mamah senang tidak? Semoga senang ya, Mah. Tapi tidak dengan aku, Mah. Entah mengapa, rasanya ada yang mengganjal di hati ini jika melihat dia.
Aduh, mah. Aku tidak tahu harus apalagi untuk merubah dia. Iya, dia… kakak iparku. Menantu mamah. Yang seharusnya bisa berbincang-bincang, jalan-jalan bersama atau hanya sekedar ngobrol. Tapi tidak dengan sekarang. Mamah sudah jauh. Mamah jauh meninggalkan kami sendirian tanpa mamah.
Mah, aku kangen saat mamah minta difoto-foto saat terakhir kita jalan-jalan ke Taman Mini sewaktu bersama keluarga. Di foto itu, mamah terlihat sangat bahagia. Aku senang melihatnya. Disaat aku memegang kamera dan dengan leluasanya Mamah bergaya seperti anak zaman sekarang. Aduh, Mah. Aku masih belum bisa menghapuskan bayangan tersebut. Maafin aku, mah. Maaf!
Pernah sempat, sewaktu ulang tahun mamah yang ke 45. Iya, aku pernah memberikan mamah surprise kecil-kecilan yang ku rancang sendiri. Saat itu tepat tanggal 12 oktober 2012 pukul 16:30. Aku akan memberikan kue ulang tahun sederhana yang dihiasi lilin-lilin kecil di setiap pinggirnya. Dan tepat pada waktunya, Mamah sedang mandi. Setelah menunggu Mamah mandi hampir 20 menit, aku pergi keluar rumah untuk menyalakan lilinnya, aku sedikit melirik ke dalam. Langsung saja ku nyanyikan lagu selamat ulang tahun, “Happy birthdaaay! Selamat ulang tahun ku ucapkan. Selamat ulang tahun.. dan blablabla,” Dan saat itu, aku tidak mengerti apa arti dari wajahmu. Antara syok, bahagia dan terharu mungkin. Aku memberikan doa yang terbaik untuk, “Mah, selamat ulang tahun. Aku enggak bisa ngasih apa-apa untuk Mamah. Maafin anakmu ini jika belum bisa jadi yang Mamah inginkan. Semoga panjang umur. Dan segala penyakit yang Mamah punya dihilangkan oleh Allah! Amin.” Mamah masih memperhatikan kata-kataku sembari meniup lilin ulang tahun Mamah. Setelah itu kita foto-foto. Di dalam foto itu, wajah kita sangat mirip, Mah. Ditambah kita berdua memakai kaca mata yang membaluti wajah manis kita berdua.
Tapi, itu adalah kue ulang tahun yang aku berikan untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Karena, tepat tanggal 08 Juli 2013 pukul 19:45 Allah telah memberhentikan nafas Mamah di dunia.
Ya Allah, kuatkan aku!
Sudah beribu doa ku lantunkan kepadaNya. Sudah beribu janji yang ku berikan kepadaNya. Tapi tak ada harapan. Mungkin memang jalan takdirmu, Mah.
Masih banyak kenangan yang kau buat bersamaku. Masih banyak memori-memori indah terekam dalam otakku. Entah mengapa otakku terus mengalir dalam memutarkan rekaman itu.
Desir nadi terus berjalan tanpa ku suruh. Menjalankan seluruh saraf-saraf yang menghubungkan otakku.
Masih terasa sangat pekik. Bagaikan pelukan dalam hujan yang deras mengguyur pelantaran jiwa yang kesepian tanpamu.
Ku harap, semua tentang kau akan selalu terkenang. Meski janji, tak menangis jika mengingatnya pernah ku ingkari.

0 komentar:

Posting Komentar