MY FIRST LOVE
Hay, perkenalkan. Aku Gabby Fadilla, panggil saja Dilla. Hari ini hari pertamaku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Hey! Apa kau baik-baik saja?” Teriak seseorang. Aku tak mengenalnya. Tapi, mengapa dia menyapaku? Atau setidaknya menegurku?
Aku hanya mengangguk. Yap! Selama orangtuaku bercerai aku tak pernah berbicara. Ayah sangat kasar pada ibu, sehingga ibu meninggalkan ayah. Aku merasa terpuruk dengan keadaan itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak berbicara atau membuang kunci mulutku ke dasar laut.
Aku hanya mengangguk. Yap! Selama orangtuaku bercerai aku tak pernah berbicara. Ayah sangat kasar pada ibu, sehingga ibu meninggalkan ayah. Aku merasa terpuruk dengan keadaan itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak berbicara atau membuang kunci mulutku ke dasar laut.
“Sungguh indah pemandangan disini? Mengapa kau tak masuk? Semua -…”
tak sempat ia melanjutkan kata-kata nya. Aku sudah duluan meninggalkan
nya.
Akhirnya aku menemukan kelasku. Dengan segera aku menuju ke bangku
deretan kedua dari belakang. Setelah aku menyimpan tas ku, aku segera
duduk memperhatikan sekelilingku. Semua orang tampak sibuk dengan
kegiatan masing-masing. Kebanyakan dari mereka menceritakan kehidupannya
masing-masing.
“Hey, kita bertemu lagi!” Ucap pria yang tadi. Ia menyimpan tasnya di laci bangku sebelahku. Kemudian ia duduk.
Anak-anak pun segera duduk di bangku masing-masing karena guru sudah
datang. Bu guru itu pun duduk lalu mengambil sebuah buku absen siswa
dari tasnya.
“Sejak tadi, kita belum saling mengenal. Namaku Iqbaal” Mengulurkan tangannya, aku hanya terdiam menatap uluran tangannya
“Gabby fadillah!” Kata Bu guru yang ternyata sudah mulai sejak tadi mengabsen kami.
“Wahh, nama yang bagus -…”
Jantungku berdegup kencang, baru kali ini aku dipuji dengan cara memuji namaku.
Jantungku berdegup kencang, baru kali ini aku dipuji dengan cara memuji namaku.
“Kalau begitu aku panggil kau dengan nama Gabby saja”
Aku menggelengkan kepalaku, ia pun mengerti.
Aku menggelengkan kepalaku, ia pun mengerti.
“Kalau Dilla?”
Akhirnya dia tahu, segera ku anggukan kepalaku pertanda iya.
Akhirnya dia tahu, segera ku anggukan kepalaku pertanda iya.
Hari berlalu dengan cepat, kami sudah sangat dekat. Bahkan ada yang
bilang bahwa kami itu bersaudara padahal jelas-jelas kami hanya sebagai
sebatas sahabat. Tapi, aku menganggapnya lebih dari sahabat.
Hari ini cuaca mendung, tidak seperti biasanya aku pulang bareng
Iqbaal. Aku meninggalkannya di kelas karena ia masih sibuk dengan
pekerjaannya. Dan kebetulan cuaca mendung. Segera kulangkahkan kakiku
dengan cepat.
“Hey tunggu! Mengapa kau meninggalkanku!” Teriak Iqbaal, dari kejauhan. Lebih tepatnya di belakangku tapi cukup jauh.
Aku terhenti sejenak untuk menunggunya berjalan datang kepadaku.
Saat ia sudah di hadapanku, aku tersenyum melihat ke arah langit.
Saat ia sudah di hadapanku, aku tersenyum melihat ke arah langit.
“Ohh mau hujan yah? Ya udah ayo jalan!” Kami pun melangkahkan kaki kami kembali.
Di tengah perjalanan, ia sedikit berbincang. Tiba-tiba ia menanyakan hal yang tidak pernah kuduga
“Bolehkan aku mendengar suaramu? Setidaknya satu kata saja” Aku kembali terhenti, menatapnya nanar. Sebenarnya aku ingin melakukannya tetapi tidak bisa.
“Aku -…” Ucapku, dengan suara sangat kecil sembari menunduk.
Ia tersenyum “Ayo, kamu mau bilang apa?”
“Aku menyukaimu!” Aku kaget dengan sendirinya, pipiku merah bagaikan tomat yang baru dipetik dari kebunnya. Aku membekap mulutku kemudian berlari.
“Akhirnya kau -…” Lirih Iqbaal
Di tengah perjalanan, ia sedikit berbincang. Tiba-tiba ia menanyakan hal yang tidak pernah kuduga
“Bolehkan aku mendengar suaramu? Setidaknya satu kata saja” Aku kembali terhenti, menatapnya nanar. Sebenarnya aku ingin melakukannya tetapi tidak bisa.
“Aku -…” Ucapku, dengan suara sangat kecil sembari menunduk.
Ia tersenyum “Ayo, kamu mau bilang apa?”
“Aku menyukaimu!” Aku kaget dengan sendirinya, pipiku merah bagaikan tomat yang baru dipetik dari kebunnya. Aku membekap mulutku kemudian berlari.
“Akhirnya kau -…” Lirih Iqbaal
“Bodoh! Mengapa aku mengatakannya?” Perasaanku campur aduk. Senang
bisa mengatakannya dan Sedih karna hal ini bisa menghancurkan
persahabatanku.
Keesokan harinya, aku sengaja tak menunggunya saat pulang. Aku malu,
sangat malu. Aku juga takut dia akan marah padaku akan hal yang kemarin.
Tanpa diduga-duga, dia kembali menghampiriku. Awalnya aku kira dia akan memarahiku, tapi ternyata dugaan ku salah besar.
Dia memelukku dan mengatakan “Aku juga menyukaimu. Aku cinta sama kamu! Kamu mau jadi pacarku?” Aku melepas dekapannya, lalu berkata “Aku mau” Dan aku pun kembali mendekapnya.
Tanpa diduga-duga, dia kembali menghampiriku. Awalnya aku kira dia akan memarahiku, tapi ternyata dugaan ku salah besar.
Dia memelukku dan mengatakan “Aku juga menyukaimu. Aku cinta sama kamu! Kamu mau jadi pacarku?” Aku melepas dekapannya, lalu berkata “Aku mau” Dan aku pun kembali mendekapnya.
Dia adalah MY FIRST LOVE
0 komentar:
Posting Komentar