UNTUK BU DIAN
Hidup itu memang Luar Biasa. Segala peristiwa yang bahkan tak pernah
aku bayangkan terjadi. Aku pernah membaca salah satu buku motivasi yang
berjudul “The Secret” dalam buku itu dituliskan, bila kita ingin meraih
Impian kita, maka kita harus memikirkannya dan menjadikannya fokus hidup
kita. Pikiran positif akan menarik hal yang positif, begitulah prinsip
yang selalu aku pegang teguh. Dan semua terasa seperti keajaiban dan
menjadi nyata. Apa yang hanya ada dalam benakku, kini menjadi kenyataan
yang tersaji tepat di depan pandangan ku. Contoh nyatanya, seperti yang
terjadi padaku di hari ini.
Hari ini, aku akan mengikuti Lomba Pidato bahasa jawa. Memang aku
tidak terlalu fasih dalam bahasa jawa, modal ku hanyalah tampil percaya
diri dan semangat. Pagi hari ku awali dengan semangat. Lokasi lomba
dengan rumahku tak begitu jauh, jadi aku memutuskan untuk berjalan kaki
saja. Entah kenapa, kali ini langkahku serasa sangat ringan, seperti gak
ada beban, padahal aku mau lomba, Lomba dimulai jam 8 pagi, begitu
sampai tempat, eh kok malah sepi. “Guruku mana ya?” tanya ku
kebingungan. Aku malah jalan-jalan sendiri kayak orang hilang. Ya, sudah
aku masuk saja sendiri, sampai di dalam aku masih kebingungan. Eh…
Akhirnya ketemu juga, aku ketemu Bu Dian guru pendampingku. Bu Dian
bilang ke aku, kalau Lomba Pidato langsung daftar ulang ke lantai 2.
Tapi Bu Dian gak bisa nemenin aku, soalnya Bu Dian panitia lomba. Hahhh,
kalau aku sih maklum aja, Bu Dian kan orang sibuk. Ya, sudah lomba
sendiri aja.
Aku langsung berlari, menaiki tangga menuju lantai 2. Aku daftar
ulang, mengambil nomor undian. Ehhh, dapet nomor 6. Ya sudah, lebih
cepat maju, lebih baik. Kalau di lingkungan baru, diem aja kan ndak
enak. Mending aku ngajak kenalan sama peserta yang lain. Disana aku
dapat 3 teman baru. Ada Mbak Tabita dari SMA N 6 Surakarta, Mbak Laras
dari SMA Smart Informatika, Mbak Eka dari SMK N 3 Surakarta.
Sebelum maju lomba pidato, seluruh peserta diminta untuk menulis
pidato terlebih dahulu. Aku pun mengikuti aturan, menulis pidatoku
terlebih dahulu. Waktu yang diberikan pihak panitia hanya 45 menit.
“Waduh, cepet banget” ujarku dalam hati. Aku pun menulis dengan serius
dan berusaha bisa secepat kilat. “Uhhh, tulisanku jelek banget” Ujarku
sambil berguman. Yang penting nanti praktek waktu maju, itu saja yang
aku pegang. Aku pengen banget waktu maju nanti, ada Bu Dian yang
mendampingiku. Tapi, yang kuharapkan tak kunjung datang juga. Saat
peserta ke 5 maju ke depan, aku telah mempersiapkan diriku untuk maju.
Menenangkan diri supaya gak grogi. Keajaiban pun terjadi, Bu Dian datang
dan memberi aku semangat. Bu Dian memberi aku motivasi, bahkan aku
merasakan rasa sayang Bu Dian ke aku. Kini aku sudah lega dan siap untuk
maju ke depan.
Aku maju dengan PeDe, semangat, dan tak lupa ciri khas aktif ku yang
unik. Aku maju ke depan, dan merasa sangat menikmati waktu pidato ku.
Yang jelas aku puas dengan apa yang telah aku lakukan. Bu Dian juga
terlihat lega dengan penampilan ku. Aku berharap semoga hasil yang
terbaik, bisa ku persembahkan untuk Bu Dian. Total ada 26 peserta. Cukup
banyak rivalku. Mulai dari SMA N 1, SMA N 4, SMA N 5, SMA N 6, SMK N 3,
SMA Al Islam, pokoknya banyak deh. Yang jelas SMA N 2 gak akan kalah.
Tekad ku ingin membawa harum SMADA tercinta.
Setelah semua peserta maju, akhirnya dewan juri berunding dahulu
untuk menentukan pemenang. Nunggunya lama banget. Hampir sejam penuh aku
menunggu. Ahhh… Mungkin jurinya galau, bingung siapa yang pantas jadi
juara. Sekarang ini, yang ada di benakku hanyalah, aku sudah melakukan
yang terbaik, dan apapun hasilnya itulah yang terbaik bagiku, dan yang
penting bukan kemenangan tetapi pengalaman berharga yang telah kudapat.
Tapi, kalau gak menang, itu berarti aku mengecewakan Bu Dian? Aku gak
pengen ngecewain Bu Dian. Hahhh… Kok malah yang bingung aku. Malah jadi
gak fokus. Tapi aku punya target, di lomba kali ini, aku ingin menjadi
juara 3. Memang aku belum berani menargetkan juara 1, tapi bagiku juara 3
sudah cukup untuk membuat Bu Dian tersenyum.
Saat yang kutunggu akhirnya tiba. Pengumuman pemenang. Deg… Deg… Deg…
Hah aku malah deg-degan, santai aja kaleee. Tapi terlanjur galau jadi
gak bisa santai. Betapa kagetnya diriku, ketika aku dipanggil menjadi
juara 3. Hahhh? Yang bener, aku aja gak percaya. Apa yang aku pikirkan
tersaji di depan mata. Yeeaaahhh, apapun itu tapi aku bisa meraih
target. Selamat Tika, ucapku pada diri sendiri.
Aku langsung berlari ke luar dari ruangan. Aku cari Bu Dian, tapi kok
gak ketemu, kemana Bu Dian? Kebetulan aku lewat ruang panitia, kulihat
Bu Dian ada di ruang panitia. Aku memberi kode kepada Bu Dian, bahwa aku
meraih juara 3. Bu Dian tersenyum kepadaku, lega rasanya bisa melihat
Bu Dian tersenyum. Seyuman Bu Dian terasa sangat manis di hati, rasanya
jadi damai, tenang, tentram, pokoknya adem deh. Bu Dian makasih, Bu Dian
sudah membimbing aku selama ini, aku tau mungkin juara 3 tak terlalu
membuat Bu Dian bahagia, tapi setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan
untuk membalas kebaikan Bu Dian. Aku Sayang Bu Dian.
0 komentar:
Posting Komentar