Pages

Senin, 03 November 2014

PUISI-DUA HATI, SATU HARAPAN

DUA HATI, SATU HARAPAN
Oleh Muhammad Adha Trisna Sampurno

Bismillah...Kadang hatiku bertanya,
mengapa bintang terang benderang,
menyapa di kala malam menyelimuti angkasa.
Barangkali,
di kala itu dirinya mampu menerangi angkasa,
menghibur setiap mata yang bersedih,
sesudah surya berlari ke benua lain,
meninggalkan goresan merah pada langit sore.

Kadang hatiku cemas,
mengapa waktu berlalu begitu deras,
diperlambat pun tak bisa,
apalagi untuk mengulang masa lalu.
Barangkali,
desir pasir di gurun akan menjawabnya,
setiap butiran air hujan yang akan menghitungnya,
dan biarkan kematian merangkul jiwa,
menghentikan waktu untuk sejenak.

Cinta,
hidup di antara dirimu dan diriku,
besar di dalam setiap kidung doa,
bersemayam di sela-sela relung jiwa.

Setiap hal telah terlukis indah di skenario takdirNya,
kadang jiwa terhimpit cobaan yang terus menerjang,
baarangkali hidup hanya sebagai candaan.

Nadiku mulai kehilangan denyutnya,
dadaku mulai kehilangan nafasnya,
biarkan ragaku ditelan fatamorgana,
asal jangan jiwaku yang terjatuh ke dalam neraka.

Barangkali,
hatiku dan hatimu akan menjadi satu,
di kala ramai menjadi sepi,
biarkan doa yang besenandung di hati,
di kala fajar memanggil mentari,
biarkan rindu bercengkrama di hati.


Aku harap memang kenyataan,
di kala cinta mulai menyapa jiwa,
harapan muncul membumbung tinggi ke angkasa.

Aku harap memang suatu kebenaran,
namamu yang terpahat indah di Lauh Mafuz,
tertulis rapi di suratan takdirku.

Biarkan doa kurajut untuk dirimu,
semoga Allah senantiasa menjagamu,
barangkali,
jika kita tak ditakdirkan untuk bersatu,
yakinlah selalu ada udang di balik batu,
selalu ada hikmah dibalik hati yang kelabu.

Cinta,
bertemu di puncak doa,
saling tersenyum dan tertawa bahagia,
kadang air mata turun ke jiwa.

Meski samudera mengering seperti Sahara,
biarkan ia mengalir dengan indahnya,
dari tempat terdalam di sukma,
bermuara di bawah naungan cintaNya.

Kata-kata takkan mampu mengikat cinta,
maka ikatlah ia sebagaimana mengikat dua jiwa.
Nyanyian indah takkan mampu menaklukan cinta,
maka taklukkanlah dengan tajamnya doa.
Rayuan kasih sayang takkan mampu menarik cinta,
maka tariklah ia dengan air mata karena takut pada Yang Maha Cinta.

Bila dua hati telah berlabuh bersama,
tiada laut yang akan tenang,
badai pasti ‘kan terus datang,
guntur tak ragu untuk menyambar.

Maka biarkan cinta kita berlabuh menuju cintaNya,
di atas suratan cinta,
di bawah naungan cintaNya,
mengalir bersama,
terjun,
dan berakhir pada satu tujuan,
surgaNya....

0 komentar:

Posting Komentar